Teknikal Candlestick merupakan suatu
alat analisa dalam memprediksi suatu pergerakan harga, baik harga saham,
komoditi, mata uang dan variable lainnya dalam ruang lingkup suatu nilai yang
dapat diperjual belikan. Namun teknik candlestick menjadi lebih signifikan kuat
jika dikombinasikan dengan indicator-indikator lain dalam mengkonfirmasi sinyal
pergerakan harga. Sebagai contoh, jika pola bullish engulfing memotong trend jangka
panjang pada kondisi downtrend, ada dua alasan bahwa pasar akan balik arah. Pertama
terjadi pola bullish engulfing dan kedua terjadi penembusan trendline dari
trend jangka panjang atau tergantung pada bagaimana seorang chartist
melihatnya. Dalam Bab V ini akan diuraikan beberapa kombinasi teknik analisa candlestick dengan indikator-indikator yang
lain.
1. Candlestick
dengan Trendlines
Trend
adalah merupakan suatu factor yang sangat penting dalam menganalisa suatu
pergerakan harga. Oleh sebab itu sangat ideal bila dalam suatu analisa teknikal
selalu mengikuti trend yang ada. Seperti telah dibahas dalam dalam bab
sebelumnya, secara garis besar pada dasarnya trend dibagi menjadi 3 (tiga)
yaitu : Uptrend, Downtrend dan sideways. Apabila harga menembus garis
trendlines, maka ada suatu senyalement arah dari pergerakan harga akan berubah,
yang sering disebut dengan istilah penetrasi.
Biasanya indikasi semacam ini bisa digunakan untuk mengambil suatu tindakan
tertentu. Sedangkan untuk sideways biasanya terjadi pada saat pasar wait and
see suatu data, berita dan sebagainya yang memungkinkan untuk merubah arah.
Erat
kaitannya dengan trendlines adalah untuk menentukan Support dan Resistance.
Support merupakan tahanan bawah dimana diharapkan pelaku pasar untuk mencoba
membeli pada suatu titik tertentu yang dipercaya menjadi support tersebut, dan
begitu pula sebaliknya dengan resistance. Garis trendlines tersebut bisa
menjadi support dan resistance. Pada saat uptrend (trend naik) maka koreksi
dari trend tersebut bisa menjadi support seperti terlihat dalam gambar 1.34.
Gambar 1.34
Resistance
bisa berubah menjadi support seperti terlihat pada gambar 1.34, karena
terjadinya penetrasi.
Gambar 1.35
Gambar
1.35 tampak bahwa resistance berubah menjadi support pada saat harga turun
kemudian naik kembali dan terjadi penetrasi.
- Candlestick dengan Support dan
Resistance lines
Gambar 1.36
menunjukkan garis support dari bawah menuju ke atas. Hal ini dilakukan dengan
menghubungkan setidaknya dua titik terendah yang lebih tinggi dari terendah
sebelumnya. Garis support ini menunjukkan bahwa pembeli lebih agresif dari penjual
karena permintaan naik dari posisi terendah ke posisi lebih tinggi. Garis ini
merupakan indikasi bahwa pasar lagi trending (bergerak) keatas. Gambar 1.37 menunjukkan
garis resistance dari atas menuju ke
bawah. Hal ini dilakukan dengan menghubungkan setidaknya dua titik tertinggi
yang lebih rendah dari tinggi sebelumnya.. Garis resistance ini menunjukkan
bahwa penjual lebih agresif dari pembeli karena kesediaan penjual untuk menjual
dengan harga tinggi yang lebih rendah rendah dari harga tinggi sebelumnya. Hal
ini mencerminkan bahwa pasar lagi bergerak turun.
Gambar 1.36 Gambar 1.37
Potensi dari
garis support atau resistance tergantung pada jumlah waktu titik harga telah
berhasil di test dan jumlah volume pada setiap test. Dalam buku “Powerful
Technical Analysis Tools for More Profitable Investing” menyebutkan bahwa level
support menunjukkan harga di mana sebagian besar investor percaya bahwa harga
akan bergerak lebih tinggi, dan level resistance menunjukkan bahwa harga di
mana mayoritas investor merasa harga akan bergerak lebih rendah.
Gambar 1.38
Grafik 1.38 menggambarkan bahwa harga mencoba
menembus posisi terendah sebelumnya dan membentuk area support, diikuti dengan
terbentuknya pola candle berupa pola morning star. Dari kedua kombinasi
tersebut menunjukkan perubahan trend yang sangat kuat.
2. Candlestick dengan
Oscilator
Oscilator
biasanya mempunyai fungsi untuk mengidentifikasi atau mencari peluang-peluang
yang kemungkinan terjadi pada saat harga bergerak dalam suatu trading range
atau sideways atau non trending. Tapi yang perlu diperhatikan bahwa apabila
menggunakan indicator oscillator kumungkinan juga bisa terjadi suatu pegerakan
harga (naik atau turun ) secara drastis yang memberikan signal terlalu dini
sehingga potensi kerugian yang dapat ditimbulkan juga relative cukup besar.
Adapun signal-signal yang sering dapat ditemui dalam memnggunakan indicator
oscillator adalah : Oversold yang merupakan signal beli yang mana tekanan jual
sudah mulai mereda dan teknikal rebound akan segera terjadi. Overbought
merupakan signal jual yang mana menandakan tekanan beli sudah mereda dan teknikal
koreksi akan segera terjadi seperti terlihat dalam gambar 1.39.
Gambar 1.39
Bullish divergence merupakan divergence antara harga
dengan indicator yang digunakan yang memberikan signal beli. Bearish divergence
merupakan divergence anatara harga dengan indicator yang digunakan yang
memberikan signal jual seperti gambar 1.40
Gambar 1.40
Relative
Strength Index ( RSI ) adalah salah satu indikator yang paling populer digunakan
untuk menganalisa pergerakan harga. RSI dapat memprediksi harga turun setelah
naik selama periode tertentu. Periode 9 dan 14 hari adalah beberapa dari
periode yang paling populer digunakan. Penggunaan utama dari RSI adalah sebagai
indikator oversold, overbought dan
sebagai indikator untuk menentukan divergence. RSI menunjukkan bahwa pasar sudah
overbought jika harga mencapi diatas 70 atau 80. Pada titik ini, pasar mungkin
rentan untuk turun kembali atau bisa merupakan periode konsolidasi . Sebaliknya,
apabila RSI berada pada kisaran di bawah
30 atau 20 mencerminkan kondisi oversold, kemungkinan harga akan bergerak naik atau
periode konsolidasi. RSI sebagai
indikator untuk mementukan divergensi ,
ketika harga membuat tertinggi baru akan tetapi RSI I tidak mengikuti melainkan
tetap atau turun. Hal ini desebut dengan Bearish Divergence. Bullish Divergensi
terjadi ketika harga membuat terendah baru , tetapi RSI tidak mengikuti
melainkan tetap atau naik. Bullish divergence maupun Bearish divergence lebih
berarti ketika RSI berada pada wilayah overbought atau oversold. Dalam buku
“Powerful Technical Analysis Tools for More Profitable Investing” oleh Steven
B. Achelis, menyebutkan bahwa RSI adalah harga berikut osilator yang berkisar
antara 0 dan 100. Sebuah metode yang popular, menganalisa RSI adalah untuk
mencari divergence di mana harga membuat tertinggi baru, tetapi RSI gagal untuk
melampaui harga tertinggi sebelumnya. Perbedaan ini merupakan indikasi akan
terjadi pembalikan (reversal). Ketika RSI kemudian jatuh di bawah palung yang
terakhir, dikatakan telah mengalami kegagalan ayun (failure swing). Kegagalan
ayun ini dianggap sebagai konfirmasi pembalikan.
Gambar 1.41
Grafik 1.41,
candle menunjukkan pola bullish engulfing dan didukung oleh bullish divergence
yang mengindikasikan akan terjadi reversal atau pembalikan trend yang cukup
kuat.
- Candlestick dengan
Stochastics
Stochastic oscillator adalah indicator yang umum digunakan
untuk menganalisa pergerakan pasar. Stochastic oscillator biasanya untuk
menentukan overbought, oversold dan sinyal divergensi. Nilai Stochastic berada
antara 0 dan 100. Grafik 1.42, pola doji setelah candlestick panjang warna putih. Pola doji membuat harga tertinggi baru ,tapi
stochastic tidak mengikuti, jadi ini adalah
bearish divergensi yang kuat.
Gambar 1.42
Seperti
disebutkan sebelumnya, stochastics dapat digunakan beberapa-cara. Metode yang
paling umum adalah sebagai indikator untuk menentukan divergensi. Kebanyakan
teknisi yang memantau stochastics menggunakan aspek divergensi dalam
hubungannya dengan pembacaan overbought atau oversold .
3. Candlestick dengan Retracement leves.
Pasar biasanya tidak bergerak lurus
keatas dan juga bergerak lurus kebawah. Pasar akan mengalami retracement atau
koreksi sebelum melanjutkan trendnya. Beberapa tingkat retracement yang lebih
populer adalah level 50%, 38,2% dan 61,8% (lihat gambar 1.43 dan 1.44). 50% retracement
mungkin tingkat yang paling banyak dipantau.
Gambar 1.43 Gambar 1.44
Grafik 1.45 memberikan ilustrasi
seberapa kuat retracements dapat membantu memprediksi pergerakan pasar pada
saat uptrend, di mana retracement 50% menyatu dengan pola candlestick untuk
memberikan sinyal perubahan/pembalikan yang cukup kuat.
Gambar 1.45
Retracement 1 - pada titik A membentuk pola
bullish engulfing dan berakhir dengan pola dark-claud cover pada titik B. Berdasarkan
retracement 50% dari titik A ke titik B, membenntuk sebuah pola piercing pada
titik C kemudian naik membentuk pola dark-cloud cover pada titik D. Retracement
2 - dimulai pada titik C ke titik D, Retracement atau koreksi 50% dari titik C ke titik D, konfirmasi bullish candlestick
akan muncul pada titik E dengan membuat pola bullish engulfing, kemudian naik
titik F. Retracement 3 - Dari titik E ke titik F dan seterusnya.
4. Candlestick dengan Moving Average
Moving
average merupakan indikator analisa teknikal yang cukup mudah digunakan untuk
menganalisa pergerakan harga dalam suatu trend. Perhitungan moving average
secara biasa adalah dengan cara mengumpulkan data harga dan membaginya dengan
jumlah hari yang telah ditentukan
misalnya moving average untuk 5 hari, 15 hari dan seterusnya. Semakin besar
periode hari yang digunakan, maka pergerakan harga moving average akan semakin
jauh dengan pergerakan grafik harga dan begitu pula sebaliknya. Moving
average disamping mengunakan pendekatan dengan metode Simple moving average, dapat
pula digunakan metode Weighted moving average dan Exponential moving average.
Hal ini harus dilakukan karena akan lebih sensitive terhadap pergerakan harga.
Untuk Weighted moving average, setiap harga akan dibobot terlebih dahulu
sebelum mendapatkan harga rata-rata (average). Sedangkan untuk Exponential
moving average, secara konkrit lebih sensitive terhadap pergerakan harga karena
lebih memberikan bobot pada data harga terakhir. Ilustrasi dari penerapan dari
ketiga moving average tersebut terlihat pada gambar 1.46.
Gambar 1.46
Signal
akan terbetuk apabila harga memotong garis moving average, misalnya dalam
kondisi harga naik atau kondisi bullish, garis MA akan berada atau bergerak
dibawah harga pasar demikain pula sebaliknya. Adapun moving average dengan tiga metode tersebut
diatas dapat digunakan antara lain dengan Single cross over, Double cross over
dan Triple cross over.
Moving
average dengan single cross over, cukup dengan menggunakan satu garis moving
average untuk menganalisa suatu pergerakan harga baik dengan meenggunakan
Simple moving average, Linier weighted ataupun menggunakan Exponential moving
average. Signal akan terbentuk pada saat harga memotong garis moving
average baik keatas maupun kebawah seperti
terlihat dalam gambar 1.47 berikut :
Gambar 1.47
Double cross
over digunakan untuk menganalisa pergerakan harga dalam waktu atau periode yang
berbeda seperti terlihat dalam gambar 1.48 dengan menggunakan metode
Exponential dan periode 10 dan 20 hari movig average :
Gambar 1.48
Perlu
diperhatikan metode Double cross over
moving average ini biasanya memberikan signal yang terlambat, tapi juga bisa
cukup efektif.
Triple
cross over dengan cara menerapkan tiga garis moving average secara bersamaan tetapi
periode hari yang berbeda. Signal akan terbentu apabila ketiga moving average
tersebut saling berpotongan. Tapi bisa juga digunakan untuk menentukan support
dan resistance seperti terlihat dalam gambar 1.49.
Gambar 1.49
Bagaimana moving averages bisa digunakan
? . Jawaban untuk ini cukup beragam karena mempunyai filosfi yang berbeda-beda.
Secara umum beberapa penggunaan moving average meliputi :
¾ Menggunakan
moving average sebagai indikator trend. Misalnya, apakah pasar berada dalam
trend naik jangka menengah dengan indikasi harga harus berada di atas 65 - hari
moving average.
¾ Menggunakan
moving average sebagai support atau resistance. Misalnya, pada saat harga pasar
closing diatas moving average, mengindikasikan akan terjadi bullish atau
closing dibawah moving average mengindikasikan akan terjadi bearish.
Penggunakan
Moving average bukanlah hal yang penting , tetapi bagaimana moving average
menjadi lebih kuat apabila dikombinasikan dengan candle atau bagaimana moving
average dapat menyatu dengan candle untuk mendapatkan hasil analisa yang lebih
kuat. Menggunakan 65 - hari moving average tampaknya untuk bekerja dengan baik
di banyak pasar berjangka .
Gambar 1.50
Grafik
1.50 menggunakan moving average 65 - hari yang menyatu dengan pola candle untuk
memberikan dukungan pergerakan arah pasar yang lebih kuat. Pada area 1 harga
berada diatas moving average – 65 hari dengan membentuk pola bullish engulfing. Pada area 2 harga
juga berada diatas moving average – 65 hari dengan membentuk pola hammer. Pada area 3, harga
berada diatas moving average – 65 hari dan membentuk pola hammer.
=TAMAT=